My First Jakarta
Hahaha, oke, 22 tahun hidup di Indonesia tapi baru
kali ini punya kesempatan buat mengunjungi Jakarta. 5 hari di Jakarta lumayan
laah nambah pengalaman hidup, belajar mandiri (walaupun sebenernya disini tetep
bergantung sama orang), dan mengatur keuangan sendiri. Berawal dari keharusan
untuk mengunjungi Jakarta karena sesuatu hal, dibumbui dengan perasaan yang
ketar-ketir efek banyak berita yang bikin saya memandang Jakarta itu
jahat dan akhirnya saya memberanikan diri untuk benar-benar
menginjakkan kaki di Jakarta. Yuhuuuuu, naik kereta sendiri (ada temen tapi
beda gerbong, jadi tetep berasa sendiri), bangku sebelah pun tak ada orang jadi
berasa 2 bangku saya booking buat dipake sendiri. And it's my first
Jakarta.
Stasiun Gambir
Stasiun Gambir merupakan salah satu stasiun besar di
Jakarta (mungkin kalau di Jogja itu setara dengan stasiun Tugu). Awalnya sih
menduga kalau Stasiun Gambir paling ya mirip-mirip sama Stasiun Tugu. ITU SALAH
BESAR! Stasiun Gambir kece abis booo. Udah berasa apaan gitu, sempet mikir sih
“kok mirip-mirip sama Malioboro Mall ya” hahahahaha, iya lebih mirip mall. Agak
nyesel juga gak ngefoto kemarin.
Monas
Monas merupakan bangunan tinggi yang menjadi identitas
ibu kota Indonesia, Jakarta. Bangunan menyerupai menara yang selama ini hanya
bisa melihat di buku, tv atau internet dan akhirnya tiba pada masa dimana saya
diberikan kesempatan untuk melihat langsung Monas walaupun dari kejauhan dan
dalam kegelapan malam (sebenernya dini hari sih, tapi matahari belum terbit).
Pukul 4 dini hari waktu Jakarta, Monas berdiri tegap dengan didampingi lampu
yang menyorot Monas dari bawah. Sekedar lewat tetapi beruntung bisa melihat
Monas secara langsung dan semoga diberi kesempatan untuk mengunjungi lagi.
Sekitar Plaza Indonesia
Nah ini! Plaza Indonesia merupakan salah satu pusat
perbelanjaan di Jakarta Pusat yang terletak di Jl. M. H. Thamrin Kav.
28-30. Area yang cukup bersahabat di tengah hiruk pikuk kesibukan pusat kota.
Jujur saja saya sedikit betah disini, hahaha, sekalipun polusinya lumayan ngeri,
tapi disini nyaman (menurutku, mungkin juga karena waktu itu masih pagi) untuk
jalan kaki, cukup banyak pohon-pohon perindang dan tak ada pedagang kaki lima
di sepanjang trotoar, kebayang dong gimana nyamannya kalo jalan di sini, selain
itu terdapat bangku-bangku taman yang bisa digunakan untuk beristirahat
sejenak. Namun disini pemandangan yang dapat dijangkau oleh mata hanya
gedung-gedung pencakar langit dan hiruk pikuk kendaraan, matahari pun tak
menemukannya, entah tertutup awan mendung atau asap. Hahahaha.
Bintaro (Jalan Depsos Raya)
Bintaro merupakan salah satu daerah di Jakarta
Selatan. Menurut saya tempat ini (khususnya Jalan Depsos Raya) lebih mirip sama
Jogja kucinta, cuma beda plat nomer aja, kalo di Jogja liatnya plat AB kalo
disini plat B. Di Bintaro ini lah selama 5 hari saya berteduh (numpang ngekos).
Dan betapa bahagianya ketika melihat Indoma*rt di deket kosan. It’s mean saya
bisa jajan eskrim setiap saat. Sempat merasa zonk juga ketika hari ke-2 disini
dan memutuskan untuk makan siang beli di luar. Awalnya senang bahagia sejahtera
gitu pas lihat ada yang jual gado-gado (ini saya berekspetasi gado-gado yang
kayak di Jogja). Taraaaaa! Sampailah saya pada kejadian saya ditawarin pare,
mulai curiga dong ada yang aneh, tapi tetap mencoba berfikir positif. Setelah
sampai kos beneran dong terjawab sudah rasa curiga saya selama ini. Ini
gado-gado tapi lebih mirip lotek dan rasanya not recommended pake banget.
Kapoklah sudah dan sisa hari di Jakarta dihabiskan dengan menu penyetan atau
bakso. Bersyukurlah saya tingga di sini karena 5 menit jalan kaki terdapat
gereja (GKI Bintaro) sehingga saya tidak kesulitan untuk beribadah di hari
Minggu.
ITC dan Mall Ambasador
Sejujurnya saya bingung untuk mendeskripsikan tempat
ini dan awalnya tidak ada keinginan untuk benar-benar mengunjungi tempat ini
tapi demi seorang teman yang meminta tolong untuk membelikan sesuatu.
Beringharjo versi Jakarta. Sekian! Hahahahaha. Sedikit banyak syok sih, jauh
dari ekspetasi soalnya XD
Busway, Kopaja, Metro Mini, dan GO-JEK
Busway merupakan salah satu sarana transportasi yang
paling nyaman (menurutku) gimana egak, ada jalurnya sendiri otomatis bebas
macet kan ya mana di dalem bisnya adem ayem tentrem (kebetulan waktu itu yang
naik busway juga cuma dikit). And the next is KOPAJA (di Jogja juga ada nih,
namanya KOPATA dan dulu jaman masih TK berangkat dan pulang sekolah selalu naik
ini) kalo ini sih ya sudah bisa membayangkan jauh-jauh sebelum naik lah ya, bis
berumur tua yang pasti jelas sangat berbeda dengan busway, dan supir
ugal-ugalan yang bener-bener bikin gak habis pikir. Gimana bisa coba kendaraaan
segede itu bisa menembus padatnya jalanan Jakarta dengan sangat mudah, gesit
dan lincah (kalo balapan sama saya naik motor kayaknya tetep kalah). Metro
mini, ini sebelas-dua belas sama KOPAJA cuma pendek aja gitu, aslilah saya yang
merasa pendek aja nunduk-nunduk di dalem duduknya dan pengap. And the
last is GOJEK, walau di Jogja GOJEK sudah menjamur dimanapun hingga ke
pelosok (di Gunung Kidul pun pernah liat) tapi GOJEK pertama saya justru di
Jakarta. Mungkin karena terhasut oleh berita kejahatan yang sering terjadi di
Jakarta agak merasa insecure juga waktu pertama kali order
GOJEK di Jakarta, takut tindak kejahatan terjadi pada diri saya, apalagi waktu
itu lagi heboh-hebohnya driver GOJEK pada demo. Puji Tuhan selama 5 hari di
Jakarta dan bertemu dengan 4 driver GOJEK cukup untuk menambah pengalaman dan
semua aman-aman saja, mereka baik walaupun agak diputerin tapi saya bisa
melihat pelosok Jakarta. Driver 1, syok pas pertama kali lihat mukanya, asli
macam preman dan setelah memastikan tempat tujuan kemudian saya dibawa ngebut,
super lincah! Dalam kondisi ngantuk karena semalaman tak bisa tidur nyenyak di
kereta kemudian dibawa ngebut selip kanan kiri dan hampir nabrak kendaraan lain
itu sesuatu banget dan tetap tidak membuat mata ini melek. Driver 2, driver
yang mengantarkan saya kembali ke kosan, dan sejujurnya sudah lumayan lupa
gimana wajahnya XD dan di lewatin jalan yang katanya gak muter tapi kok ya
berasa muter-muter, tapi keuntungannya emang terbebas dari macet sih ya. Driver
3, ini satu-satunya driver paling menyenangkan dari ke 4 driver. Berawal dari
order yang tiba-tiba (waktu adzan) dicancel entah disengaja atau tidak tapi
saya mendepatkan ganti yang luar biasa, hahaha. Ganteng? IYA, dan ngerti
Jakarta banget, estimasi perjalanan yang saya hitung sekitas 45 menit aja Cuma
30 menit doang. Super! Terima kasih mas GOJEK. Driver 4, bisa dibilang sedikit
zonk, ya karena beliau sudah sepuh ya, ya gitu deh..
Yups! Itu lah pengalaman pertama saya di Jakarta dan
tidak ada penyesalan sama sekali telah berkunjung ke Jakarta selama 5 hari
walaupun kesehatan menurun pada hari ke-3 dan tiba-tiba terserang alergi :’)
see you in my other stories!
Komentar
Posting Komentar